SELAMAT DATANG DI BRAMMIRZA BLOG'S

Kamis, 16 Januari 2014

Cerita Pendek by Bram

Sang Jenius
Hari ini adalah hari besar bagi Satya, karena pada hari yang lumayan cerah ini, dia akan membacakan suatu mahakarya yang indah, yaitu puisi buatannya yang sudah terkenal sampai ke tingkat Nasional. Saat ini, mungkin dia sedang latihan untuk membacakan puisinya itu di rumahnya. Aku pun tidak sabar untuk melihatnya di televisi. Jam 20.00 WIB, kurang 10 menit lagi penampilan Satya yang akan mengguncang dunia. Lalu aku lihat televisiku, dan terkejutlah aku karena dia sudah berada di atas panggung untuk berpuisi. Dia berkata,“Aglomerasi, karya Satya Wibowo.”. “Perbedaan status sosial, membuat perbedaan pula pada pikiran masyarakat”. “Mengapa harus ada perbedaan pada perlakuan orang-orang itu? Terhadap kami yang kekurangan.” Dia membaca puisi buatannya dengan sangat lantang dan penuh penjiwaan, dan bantuan background music yang membuat suasana menjadi lebih elegan. “Padahal kita semua, adalah manusia yang sama derajatnya.”. “Dan tidak ada apa-apanya, dibandingkan dengan tuhan, yang maha Esa, lagi maha Penyayang.” Seketika para penonton pun memberi tepuk tangan dan menyorakinya. Jujur, aku pun tidak pernah memikirkan tentang hal tersebut. Hal yang begitu penting dalam kehidupan kita sehari-hari, tetapi jarang sekali kita pikirkan. Rasanya memang pantas jika dia dinobatkan menjadi “The best poetry-creator ever in the world”




Cahaya di Kegelapan  Abadi

Dua tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2708, Ryan adalah seorang survivor dari insiden hancurnya kota Hvarah oleh lepasnya eksperimen human evolving yang ke 38, yang membuat seluruh warga kota tersebut berubah menjadi mutant atau manusia yang telah kehilangan akal sehatnya dan memliki insting seperti predator yang kelaparan. Dia juga adalah salah satu dari professor yang terlibat dalam eksperimen tersebut. Dia berhasil keluar melalui ventilasi udara yang mengarah ke tepi pantai. Tetapi, tiba-tiba segerombol mutant mengejarnya dan dia berlari ke hutan tepi pantai. Tetapi sayang sekali, dia malah terjebak di sebuah lubang yang dibuat untuk menjebak hewan liar seperti beruang. Tetapi, yang dia temukan bukanlah hewan liar, melainkan tumpukan mayat mutant yang telah membusuk. Dengan lubang sedalam 400 meter, bagaimana dia bisa keluar? Dengan penuh kepasrahan, dia duduk bersandar diantara mayat-mayat mutant tersebut. Tidak sengaja, dia tersandung salah satu mayat yang membawa secarik kertas berisi tulisan. Dengan rasa penasaran, dia mengambil kertas tersebut dan melihat isi didalamnya. Dan isi di dalam secarik kertas tersebut adalah “Terkutuklah eksperimen itu! Dan para penemunya!.”. “Keluarga dan sahabat, Teman dan kekasih, semua tinggal kenangan! Akibat eksperimen terkutuk itu!.”. “Bagaimanakah nasib kami? Apakah kalian tidak peduli?!.”. “Dengan masa depan seperti ini, apa yang akan terjadi dengan anak cucu kita?”. “Kasihanilah kami, yang masih memiliki harapan.” Lalu kata-kata selanjutnya tertutupi dengan darah. Ryan pun melihat mayat-mayat lainnya. Ada kertas lain yang tertimbun diantara mayat-mayat tersebut dan dia pun mengambilnya. Pada kertas tersebut tertulis, “Wahai Tuhan! Selamatkan-lah aku!.”. “Dari kebenran yang pahit ini, dari mimpi yang tak ada hentinya ini!.”. “Tetapi sebentar lagi, waktu akan menjemputku.”. “Batu retak didalam tanah, itulah jalan keluarnya.”. “Jangan kehilangan harapan!.”. “Keluar dan selamatkan kota ini!.”. “Dari kehancuran, and from despair.”. Seketika Ryan pun menyadari bahwa dia sebagai salah satu orang yang terlibat dalam eksperimen tersebut harus bertanggung jawab atas insiden ini. Lalu dia terpaku pada kata-kata yang terdapat di kertas yang barusan dia ambil, “Batu retak didalam tanah, itulah jalan keluarnya.”. Lalu dia melihat daerah sekitar meraba sekelilingnya. Dia menemukan sebagian tanah yang mudah untuk digali. Dia menggali tanah tersebut dan menemukan sebuah batu besar tua yang sudah retak. Lalu dia mulai memukuli batu tersebut dengan tanahnya dan setelah beberapa saat, batu tersebut akhirnya pecah dan berombak-ombak air laut pun keluar memenuhi lubang tersebut. Akhirnya setelah air memenuhi lubang tersebut, Ryan pun berhasil keluar. Dengan membawa harapan para warga kota Hvarah, dia pun berjalan kembali menuju ke tempat dimana eksperimen tersebut terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Pengikut