Sang Jenius
Hari ini adalah hari besar bagi Satya, karena pada
hari yang lumayan cerah ini, dia akan membacakan suatu mahakarya yang indah,
yaitu puisi buatannya yang sudah terkenal sampai ke tingkat Nasional. Saat ini,
mungkin dia sedang latihan untuk membacakan puisinya itu di rumahnya. Aku pun
tidak sabar untuk melihatnya di televisi. Jam 20.00 WIB, kurang 10 menit lagi
penampilan Satya yang akan mengguncang dunia. Lalu aku lihat televisiku, dan
terkejutlah aku karena dia sudah berada di atas panggung untuk berpuisi. Dia
berkata,“Aglomerasi, karya Satya Wibowo.”. “Perbedaan status sosial, membuat
perbedaan pula pada pikiran masyarakat”. “Mengapa harus ada perbedaan pada
perlakuan orang-orang itu? Terhadap kami yang kekurangan.” Dia membaca puisi
buatannya dengan sangat lantang dan penuh penjiwaan, dan bantuan background music yang membuat suasana
menjadi lebih elegan. “Padahal kita semua, adalah manusia yang sama derajatnya.”.
“Dan tidak ada apa-apanya, dibandingkan dengan tuhan, yang maha Esa, lagi maha
Penyayang.” Seketika para penonton pun memberi tepuk tangan dan menyorakinya.
Jujur, aku pun tidak pernah memikirkan tentang hal tersebut. Hal yang begitu
penting dalam kehidupan kita sehari-hari, tetapi jarang sekali kita pikirkan.
Rasanya memang pantas jika dia dinobatkan menjadi “The best poetry-creator ever in the world”
Cahaya di
Kegelapan Abadi
Dua tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2708, Ryan
adalah seorang survivor dari insiden
hancurnya kota Hvarah oleh lepasnya eksperimen human evolving yang ke 38, yang membuat seluruh warga kota tersebut
berubah menjadi mutant atau manusia
yang telah kehilangan akal sehatnya dan memliki insting seperti predator yang
kelaparan. Dia juga adalah salah satu dari professor yang terlibat dalam
eksperimen tersebut. Dia berhasil keluar melalui ventilasi udara yang mengarah
ke tepi pantai. Tetapi, tiba-tiba segerombol mutant mengejarnya dan dia berlari ke hutan tepi pantai. Tetapi
sayang sekali, dia malah terjebak di sebuah lubang yang dibuat untuk menjebak
hewan liar seperti beruang. Tetapi, yang dia temukan bukanlah hewan liar,
melainkan tumpukan mayat mutant yang
telah membusuk. Dengan lubang sedalam 400 meter, bagaimana dia bisa keluar?
Dengan penuh kepasrahan, dia duduk bersandar diantara mayat-mayat mutant tersebut. Tidak sengaja, dia
tersandung salah satu mayat yang membawa secarik kertas berisi tulisan. Dengan
rasa penasaran, dia mengambil kertas tersebut dan melihat isi didalamnya. Dan
isi di dalam secarik kertas tersebut adalah “Terkutuklah eksperimen itu! Dan
para penemunya!.”. “Keluarga dan sahabat, Teman dan kekasih, semua tinggal
kenangan! Akibat eksperimen terkutuk itu!.”. “Bagaimanakah nasib kami? Apakah
kalian tidak peduli?!.”. “Dengan masa depan seperti ini, apa yang akan terjadi
dengan anak cucu kita?”. “Kasihanilah kami, yang masih memiliki harapan.” Lalu
kata-kata selanjutnya tertutupi dengan darah. Ryan pun melihat mayat-mayat
lainnya. Ada kertas lain yang tertimbun diantara mayat-mayat tersebut dan dia
pun mengambilnya. Pada kertas tersebut tertulis, “Wahai Tuhan! Selamatkan-lah
aku!.”. “Dari kebenran yang pahit ini, dari mimpi yang tak ada hentinya ini!.”.
“Tetapi sebentar lagi, waktu akan menjemputku.”. “Batu retak didalam tanah, itulah
jalan keluarnya.”. “Jangan kehilangan harapan!.”. “Keluar dan selamatkan kota
ini!.”. “Dari kehancuran, and from
despair.”. Seketika Ryan pun menyadari bahwa dia sebagai salah satu orang
yang terlibat dalam eksperimen tersebut harus bertanggung jawab atas insiden
ini. Lalu dia terpaku pada kata-kata yang terdapat di kertas yang barusan dia
ambil, “Batu retak didalam tanah, itulah jalan keluarnya.”. Lalu dia melihat
daerah sekitar meraba sekelilingnya. Dia menemukan sebagian tanah yang mudah
untuk digali. Dia menggali tanah tersebut dan menemukan sebuah batu besar tua
yang sudah retak. Lalu dia mulai memukuli batu tersebut dengan tanahnya dan
setelah beberapa saat, batu tersebut akhirnya pecah dan berombak-ombak air laut
pun keluar memenuhi lubang tersebut. Akhirnya setelah air memenuhi lubang
tersebut, Ryan pun berhasil keluar. Dengan membawa harapan para warga kota
Hvarah, dia pun berjalan kembali menuju ke tempat dimana eksperimen tersebut
terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar