Digital World |
Tidak
dapat dipungkiri bahwa teknologi informasi dan komunikasi menjadi salah satu
faktor determinan dalam arus globalisasi, yang didalamnya juga menyangkut
tentang bagaimana negara memanfaatkannya termasuk dalam agenda pembangunan.
Namun yang menjadi masalah kini adalah kemampuan negara dalam hal tersebut
didapati tidak merata dan akhirnya teknologi informasi menciptakan sebuah gap atau pengkelompokan
tertentu. Digital divide
atau kesenjangan digital dapat dipahami sebagai pembagian kelompok atas
kemampuan terhadap penguasaan ekonomi informasi digital. Pembagian ini sangat
berkaitan dengan klasifikasi antara negara makmur dan negara miskin,
sehingga pada satu titik ditemukan bahwa digital
divide sangat erat kaitannya dengan development divide.
Isu
tentang kesenjangan telah menjadi isu yang sangat banyak menuai berbagai macam
perdebatan, yang pada dasarnya perihal bagaimana melihat kesenjangan itu.
Penulis melihat bahwa kesenjangan digital memang sedang terjadi dan bukan mitos
semata. Dengan mengembalikkan divide
ini pada konteks perekonomian, harus diingat bahwa Information and Communication
Technology (ICT) berkaitan erat knowledge
yang mana adalah aspek sangat penting dalam faktor produksi
(Parayil, 2005). Hal ini jelas berimbas pada kapasitas ekonomi dan pendapatan
negara, sehingga tidak mengherankan jika Parayil akhirnya menjadikan GDP
menjadi salah satu bentuk nyata dari digital
divide itu sendiri dan menilai bahwa kesenjangan digital tidak lain
merupakan fenomena kesenjangan kapasitas dan kapabilitas dalam penguasaan
teknologi informasi yang sangat berkaitan dengan ketimpangan sosial-ekonomi.
SixthSense adalah sebuah perangkat antarmuka (interface)
gestural yang dapat digunakan untuk menghubungkan dunia fisik di sekitar manusia
dengan informasi digital. SixthSense memungkinkan manusia untuk berinteraksi
dengan informasi digital dalam dunia fisik hanya dengan menggunakan gerakan
tangan. Gerak tangan dan jari-jari tersebut akan dipahami secara otomatis untuk
kemudian mampu memanipulasi informasi digital ke dalam dunia fisik.
SixthSense
terdiri dari komponen-komponen seperti proyektor dengan ukuran kecil, cermin, kamera,
dan ponsel yang terintegrasi satu sama lain dan mampu berfungsi layaknya sebuah
komputer dengan koneksi ke internet. Pengguna dapat melakukan aktivitas
sehari-harinya seperti menelepon, menggambar, mengambil foto, membaca buku, dan
lain-lain, tanpa harus membawa banyak perangkat.
Prinsip
teknologi SixthSense ditemukan dan dikembangkan oleh Pranav Mistry, seorang insinyur
muda asal India yang lulus dari MIT (Massachusetts Institute of Technology)
dengan predikat PhD. Pemberian nama SixthSense didasarkan pada pemikiran bahwa
perangkat ini dikendalikan oleh gerak tubuh manusia, sehingga dapat
dianalogikan sebagai pelengkap lima indera yang sudah dimiliki oleh manusia.
Pada tahun 2009, SixthSense mendapatkan anugerah Invention Award yang
diprakarsai oleh majalah Popular Science.
Disarikan
dari WIKIPEDIA 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar